Tulisan di bungkus rokok Tani Madjoe menurut saya unik karena terdiri dari dua ejaan yang berbeda. Bagian atas menggunakan ejaan lama, sedangkan yang bagian bawahnya menggunakan ejaan yang baru.
Kamis, 12 September 2013
Bar Rules
Foto ini saya ambil di warung kata kopi. Melihat "Bar Rules" tersebut mengingatkan saya pada peraturan yang (sangat) bodoh saat diklat anggota organisasi waktu SMA, yaitu yang pertama panitia selalu benar. Lalu kedua, bila panitia salah, maka lihat peraturan pertama.
Ngobrol Itu Perlu!
Tulisan ini hanya ada di Warung Kata Kopi (sejauh yang saya tahu, hehe). Salah satu tempat tongkrongan favorit saya di Jember yang memang sengaja tidak pasang wifi biar pengunjungnya gak autis sama gadgetnya. Padahal banyak warung atau cafe yang memang sengaja memasang wifi agar bisa menarik konsumen. Tapi memang bener sih, kita kan ke warung buat nongkrong trus ngobrol sama teman-teman atau cari gebetan (bukan pengalaman pribadi). So, ngobrol itu emang perlu!
Spanduk Caleg Murah
Di salah satu jalan di Jember tidak sengaja saya melihat ada promosi spanduk ini. Langsung terlintas di pikiran saya, ini "spanduk murah untuk caleg" atau "spanduk untuk caleg murah",hehe. Saat melihat promosi ini, langsung terlintas dalam pikiran saya, apakah seorang caleg masih butuh yang murah-murah untuk kampanye? :D
Selasa, 10 September 2013
Kesenian Tradisional Jaranan Campursari
Hari itu saya berniat untuk melihat
pertandingan kasti di alun-alun Jember dan ternyata dalam acara pembukaan pertandingan tersebut,
panitia sengaja mengundang kesenian tradisional jaranan campursari. Komunitas jaranan
yang bernama Sinar Budaya dengan pimpinan Bapak Darsia dan Bapak Abd.Gani ini
menghibur penonton dengan berbagai atraksi. Dimulai dengan tarian beberapa
orang yang membawa kuda-kudaan dengan diiringi musik yang secara langsung
dimainkan dengan menggunakan alat musik tradisional seperti gendang, gong, dan
gamelan. Setelah mempersembahkan tari-tarian tersebut, mereka lalu melakukan ritual
untuk memasukkan roh kepada penari-penari tersebut. Kemudian mereka melakukan
atraksi memakan lampu, ngelupas kelapa dengan giginya, dan memecut badannya sendiri, tentunya mereka melakukan
dalam keadaan tidak sadar karena telah kerasukan roh. Ada juga yang dipecut
oleh orang lain yang kalau saya lihat seperti pawang dari roh yang dimasukkan
ke badan penari-penari tersebut. Pemain-pemainnya merupakan lelaki semua,
bahkan termasuk pemain alat musiknya pun tidak ada yang wanita. Saya juga tidak
begitu paham perbedaan jaranan campursari dengan jaranan lainnya atau mungkin semua
jaranan juga sama bentuk penampilannya seperti yang saya lihat.
Setelah melakukan atraksi, para penari-penari tersebut disadarkan kembali setelah kemasukan roh.
Sebenarnya saya tidak terlalu paham mengenai jaranan campursari (kecuali yang saya tahu dari mbah google), mungkin kalian bisa saling share apa yang kalian ketahui tentang jaranan. Hargai dan lindungi kesenian tradisional agar tidak kehilangan lagi.
Minggu, 08 September 2013
Paralayang di Langit Jember
1 September 2013
Paralayang (Paragliding) adalah olahraga terbang bebas dengan menggunakan sayap kain (parasut). Olahraga ini lepas landas dari sebuah lereng bukit atau gunung dengan memanfaatkan angin. Salah satu acara dalam Bulan Berkunjung Jember tahun 2013 yaitu diadakannya kompetisi Paralayang yang dilaksanakan di daerah Mumbulsari. Para pilot paralayang lepas landas dari Gunung Mandigu. Untuk menempuh ke atas bisa menggunakan ojek yang banyak disediakan masyarakat sekitar. Saat itu saya naik ke tempat Launching (istilah yang digunakan para atlet untuk menyebut tempat lepas landas) dengan naik ojek seharga Rp.20.000 (berarti naik-turun total seharga Rp.40.000). Sebenarnya bisa dilalui dengan motor biasa, tapi berhati-hatilah, kasian si motor kalau tidak biasa, bisa-bisa tidak bisa pulang dengan tubuh motor yang utuh karena jalan untuk ke tempat Launching terus menanjak dan sangat sempit, hanya cukup 1 motor lewat. Jadi ketika papasan dengan motor lain di arah yang berlawanan, salah satu harus mengalah untuk memberikan jalan secara penuh. Menarik sekali saat naik ojek ke gunung (baru pertama kali naek gunung dengan ojek) karena pemandangannya membuat kita menjadi orang yang paling tinggi di Jember, yah walaupun ketika naek ojek harus banyak-banyak berdoa karena samping kanan atau kiri adalah jurang dan tukang ojeknya menyetir seperti lewat di jalan yang sangat lebar. Awalnya sih takut, tapi lama-kelamaan seru juga.
Ketika sudah sampai tempat Launching, disana sudah banyak atlet yang menunggu untuk “terbang”. Persiapan dilakukan sebelumnya seperti membenarkan parasut dan mengecek helm dan alat keamanan tubuh lainnya, serta yang terpenting adalah merasakan angin. Saya tidak terlalu paham dengan perhitungan angin yang mereka gunakan. Saat angin bertiup kencang mereka tidak akan terbang, tapi ketika angin tidak bertiup, jangan sekali-sekali mencoba terbang.
Setelah
dilakukan Prepare (persiapan), atlet menunggu angin untuk Take Off (saya
menyebutnya mereka akan terbang).
Paralayang (Paragliding) adalah olahraga terbang bebas dengan menggunakan sayap kain (parasut). Olahraga ini lepas landas dari sebuah lereng bukit atau gunung dengan memanfaatkan angin. Salah satu acara dalam Bulan Berkunjung Jember tahun 2013 yaitu diadakannya kompetisi Paralayang yang dilaksanakan di daerah Mumbulsari. Para pilot paralayang lepas landas dari Gunung Mandigu. Untuk menempuh ke atas bisa menggunakan ojek yang banyak disediakan masyarakat sekitar. Saat itu saya naik ke tempat Launching (istilah yang digunakan para atlet untuk menyebut tempat lepas landas) dengan naik ojek seharga Rp.20.000 (berarti naik-turun total seharga Rp.40.000). Sebenarnya bisa dilalui dengan motor biasa, tapi berhati-hatilah, kasian si motor kalau tidak biasa, bisa-bisa tidak bisa pulang dengan tubuh motor yang utuh karena jalan untuk ke tempat Launching terus menanjak dan sangat sempit, hanya cukup 1 motor lewat. Jadi ketika papasan dengan motor lain di arah yang berlawanan, salah satu harus mengalah untuk memberikan jalan secara penuh. Menarik sekali saat naik ojek ke gunung (baru pertama kali naek gunung dengan ojek) karena pemandangannya membuat kita menjadi orang yang paling tinggi di Jember, yah walaupun ketika naek ojek harus banyak-banyak berdoa karena samping kanan atau kiri adalah jurang dan tukang ojeknya menyetir seperti lewat di jalan yang sangat lebar. Awalnya sih takut, tapi lama-kelamaan seru juga.
Pemandangan yang bisa dilihat dari Gunung Mandigu
Ketika sudah sampai tempat Launching, disana sudah banyak atlet yang menunggu untuk “terbang”. Persiapan dilakukan sebelumnya seperti membenarkan parasut dan mengecek helm dan alat keamanan tubuh lainnya, serta yang terpenting adalah merasakan angin. Saya tidak terlalu paham dengan perhitungan angin yang mereka gunakan. Saat angin bertiup kencang mereka tidak akan terbang, tapi ketika angin tidak bertiup, jangan sekali-sekali mencoba terbang.
mempersiapkan parasut
|
memastikan tali-tali parasut |
berdoa sebelum Take Off |
saling menyemangati dan membantu memberikan kode untuk Take Off |
waiting |
penanda arah angin |
Inilah paralayang di langit Jember
Setelah itu, dibawah sana, di sebuah lapangan sudah
ditentukan panitia sebagai tempat pendaratan (landing). Setelah Landing, mereka
akan mengemasi lagi parasutnya dan naik ke tempat Launching lagi untuk
melakukan Take Off sebanyak 4 kali.
Saat saya bertanya kepada beberapa peserta, kebanyakan mereka
berasal dari daerah Jawa Timur dan ada 1 orang yang berasal dari Polandia.
Menurut penuturan mereka, teman-temannya banyak yang mengikuti kompetisi
paralayang di Danau Toba yang diadakan seminggu kemudian setelah acara ini.
Gunung Mandigu juga baru-baru saja digunakan sebagai tempat
lepas landas Paralayang. Kata salah satu peserta, para atlet paralayang
mempunyai komunitas sendiri, dimana ketika menemukan tempat baru, maka mereka
juga lah yang menentukan tempat tersebut layak sebagai tempat lepas landas atau
tidak. Saya kurang mengerti kapan lebih tepatnya gunung ini sudah dijadikan
tempat lepas landas. Menurut penuturan warga sekitar, setiap tahun biasanya
diadakan kompetisi sebanyak 3 kali di tempat tersebut dan acara ini merupakan
kompetisi yang kedua kalinya. Semoga saja, kompetisi seperti ini, rutin
dilakukan setiap tahunnya.
Senin, 02 September 2013
Grand Carnaval JFC XII
25 Agustus 2013
Acara puncak dari JFC diselenggarakan dengan menampilkan 10 tema defile.
Defile Betawi
Acara puncak dari JFC diselenggarakan dengan menampilkan 10 tema defile.
Defile Betawi
Defile Beetle
Defile Art Deco
Defile Bamboo
Defile Canvas
Defile Spider
Defile Tribes
Defile Tibet
Defile Octopus
Defile Venice
Langganan:
Postingan (Atom)